Legendayang berasal dari tatar Sunda ini menceritakan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu dan beberapa gunung yang mengelilingi Kota Bandung. Konon, di kahyangan ada sepasang dewa dewi yang melakukan kesalahan sehingga keduanya dihukum oleh Sang Hyang Tunggal turun ke bumi dan dikutuk menjadi hewan.
Biarpungentar, terpaksa juga si Miskin meminta mempelam dari raja. Raja Anta Beranta dengan suka memberikan mempelam itu. Beberapa lama kemudian, bini Si Miskin ingin makan nangka yang di dalam istana pula, dan nangka itu pun diberikan juga oleh raja. Si miskin keheranan. Maka pada ketika yang baik, isteri Si Miskin pun beranaklah.
Bisikanini bercampur dengan isak dan tubuh nenek itu membalik, kemudian pergl dari situ dengan langkah gontai. Melihat ini, Biku Janapatl dan Wasi Bagaspati menjadi gentar. Mereka tidak melihat siapa-siapa, tidak tahu siapa yang telah menolong Ki Tunggaljiwa, akan tetapi jelas bahwa Nini Bumigarba sendiri agaknya gentar menghadapi lawan ini.
Inilahkesaktian raja iskandar muda dan ulasan lainnya yang berkaitan erat dengan topik kesaktian raja iskandar muda serta aneka informasi dunia misteri yang Anda butuhkan. Silhkan klik pada judul artikel-artikel berikut ini untuk membaca penjelasan lengkap tentang kesaktian raja iskandar muda .
Musik main) Pangeran Linggang Alam, Datuk Tengah Padang, dan Raja Kalipa dari Sungai Itam, untuk membahas berbagai hal ketidakadilan yang telah dilakukan oleh Residen Thomas Parr: Pangeran Linggang Alam mengupas : (1) Penghapusan berbagai pajak tradisi (pajak hasil bumi, bea lewat sungai, dll) yang merugikan para kepala adat.
agar produk indonesia tidak kalah dengan produk impor kita harus. SI GENTAR ALAM ISKANDAR ZULKARNAEN ALAMSYAH Iskandar zulkarnaen Alamsyah adalah seorang raja dari Mataram Kuno yang bergelar Si Gentar Alam pergi berlayar mencari daratan lain di Limbang Tanah Melayu dengan maksud memperluas daerah pemerintahan. Keberangkatannya menggunakan kapal yang dibenderai Lancang Kuning dikawal oleh dua pengawal bernama Panglima Bagus Kuning dan Bagus Karang. Mereka menaiki tiga kapal. Suatu saat, karena belum paham mengenai wilayah pelayaran itu, mereka terpisah. Dua kapal pecah. Salah satu pecahannya ditemukan di daerah Karang Anyar, yaitu wilayah Palembang di pesisir Sungai Musi. Sedang satu kapal terdampar di Siguntang. Bukit Siguntang pada saat itu hanya berupa segumpal tanah yang mengapung di permukaan laut luas yang dalam Bahasa Melayu disebut dengan istilah ’terguntang-guntang’’ di atas air. Istilah itu berproses secara etimologis menjadi Tanah Siguntang. Si Gentar Alam merupakan salah satu raja yang membawa kemasyuran Sriwijaya pada masa pemerintahannya. Pada abad VI-IX pengaruhnya mencapai Bali, Padang, Jambi, Lampung, Malaka, Singapura, Tiongkok, dan Brunai. Karena pengaruhnya yang luas, mitos-mitos pun beredar seputar dirinya. Kesaktiannya digambarkan dengan sebuah kemampuan menggetarkan bumi manakala dia marah dan menghentakkan kakinya ke tanah. Karena kesaktian itulah dia diberi gelar Raja Si Gentar Alam. Pada abad X-XIII, Kerajaan Sriwijaya yang pusatnya berada di tepi Sungai Musi mengalami keruntuhan. Raja Si Gentar Alam pun mulai menganut agama Islam yang dibawa masuk oleh pedagang-pedagang dari Arab, seperti Panglima Batu Api dari Jeddah dan Tuan Junjungan. Memeluk agama baru, Raja Si Gentar Alam dianugerahi nama Tuan Iskandar Syah, yang kemudian tersohor hingga ke Malaka. Raja Si Gentar Alam didampingi dua istri, yaitu Putri Rambut Selako yang nama Aslinya Damar Kencana Wungu putri Prabu Brawijaya dari Mataram, dan Putri Kembang Dadar dari Palembang yang mempunyai nama lain Putri Bunga Melur.
Selepas serangan Kerajaan Chola di tahun 1025 M, telah membuat Kedatuan Sriwijaya terpecah menjadi beberapa negara. Sebagian keluarga kerajaan yang tersisa, membangun Kerajaan Sriwijaya di Pedalaman. Dalam Legenda Palembang, Kerajaan Sriwijaya di Pedalaman dibangun oleh keturunan Raja Alim, yang merupakan putera dari Penguasa Sriwijaya Bukit Siguntang Palembang, yang bernama Maharaja Sulan sumber Legenda Bukit Siguntang. Di masa Maharaja Sulan Raja Segentar Alam, Sriwijaya Bukit Siguntang disegani oleh negeri-negeri di Nusantara, bahkan Sang Raja dianggap mewarisi kharisma dari leluhur Kedatuan Sriwijaya, Dapunta Hyang Jayanasa. Raja Segentar Alam juga dikenal dengan nama “Iskandar Zulqarnain Syah Alam”, nama tersebut ia peroleh setelah dirinya menjadi mualaf masuk Islam, atas bimbingan seorang ulama terkemuka ketika itu, Puyang Sungai Ogan “Wali Putih”. Salah seorang keturunan Raja Segentar Alam pergi ke tanah Jawa, kemudian menurunkan raja-raja di sana. Ada yang berpendapat sosok yang dimaksud adalah Puteri Subraba istri dari Raja Sunda Prabu Guru Dharmasiksa, sementara pendapat yang lain sosok tersebut adalah Ken Angrok Arok, pendiri Kerajaan Singhasari. Sepeninggalan Raja Segentar Alam, kekuasaan Sriwijaya Bukit Siguntang dipegang oleh anak keturunan dari puteranya yang bernama Raja Mufti. Di kemudian hari, pusat pemerintahan dipindahkan, ke daerah Lebar Daun, sehingga penguasa Sriwijaya di masa tersebut, lebih dikenal dengan nama Demang Lebar Daun. Referensi 1. Misteri Panglima Arya Damar 2. Jejak raja-raja Kerajaan Sriwijaya 3. Menyelusuri Dinasti Sriwijaya al Akbar 4. DINASTI AL-KAMIL [keSultanan Perlak] Bahagian 4 5. Makam Raja Segentar Alam di Bukit Siguntang Palembang Catatan Penambahan 1. Diperkirakan anak keturunan Raja Alim, putera dari Maharaja Sulan Raja Segentar Alam, yang mempelopori berdirinya kerajaan-kerajaan di pedalaman, seperti Kerintang Indragiri, Pagaruyung, Dharmasraya dan Gasib Siak. 2. Salah satu versi keturunan Raja Segentar Alam Raja Sulan Maharaja Sambugita, adalah sebagai berikut sumber Misteri] Panglima Arya Damar bukanlah Adipati Arya Dillah ?. 3. Silsilah Kerajaan Nusantara, dengan mengambil sumber dari berbagai daerah, yang sekaligus untuk merevisi beberapa data silsilah dalam artikel… WaLlahu a’lamu bishshawab Artikel Menarik 1. Misteri Pemeluk Islam Pertama di Nusantara 2. [Misteri] Ketika Syaikh Siti Jenar menjadi 2 dua ? 3. Rivalitas, VOC – Mataram, dalam kemelut Negeri Palembang tahun 1636 M? 4. [Misteri] Tjokroaminoto Guru Presiden Soekarno, yang pernah dikunjungi Rasulullah?
Uploaded byAyu Marisa Al-Rahman 0% found this document useful 0 votes534 views3 pagesDescriptionfolkCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes534 views3 pagesSi Gentar AlamUploaded byAyu Marisa Al-Rahman DescriptionfolkFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
- Tersebutlah kisah, pasca serangan Kerajaan Chola dari India Selatan di tahun 1025 Masehi membuat Kerajaan Sriwijaya terpecah. Sebagian keluarga kerajaan yang masih tersisa setelah penyerangan Kerajaan Chola membangun kedatuan Sriwijaya di daerah pedalaman. Dalam legenda Palembang, kedatuan Sriwijaya di pedalaman dibangun oleh keturunan Raja ini merupakan putera dari penguasa Sriwijaya Bukit Siguntang Palembang bernama Maharaja Sulan. Di masa kemudiannya, Maharaja Sulan lebih dikenal dengan nama Raja Segentar Alam atau Si Gentar Alam. Dikisahkan, Raja Segentar Alam pertama kali datang ke Palembang membawa 3 kapal yang berbendera Lancar Kuning. Saat dalam perjalanan kapal-kapal tersebut karam. Dari semua kapal yang karam ada satu kapal yang membawa Radja Segentar Alam terdampar di Bukit Siguntang. Sedangkan, kapal yang lain hancur di lautan dan ada pula yang hancur kemudian terseret di situs Karang Anyar. Ada cerita unik dari kisah Raja Segentar Alam yang dahulu saat masa jayanya dapat menaklukkan hampir seluruh Sumatera hingga ke negeri tetangga Johor dan Malaka di itu, yaitu tentang lagu "Layar Di Malam Hari" yang sering didendangkan di atas kapal ketika ia beserta pasukannya sedang yang melegenda tersebut hingga saat ini kadang masih yang menyanyikannya di daerah Medan, Johor dan masa Raja Segentar Alam yang berasal dari Kerajaan Mataram ini, Sriwijaya Bukit Siguntang disegani oleh negeri-negeri di Nusantara. Bahkan, sang raja dianggap mewarisi kharisma dari leluhur Kerajaan Sriwijaya, Dapunta Hyang Segentar Alam ini juga dikenal dengan nama “Iskandar Zulqarnain Syah Alam” atau "Iskandar Zulkarnain Alamsyah". Nama itu ia peroleh setelah dirinya menjadi mualaf atau masuk Islam atas bimbingan seorang ulama terkemuka ketika itu, Puyang Sungai Ogan “Wali Putih”.Sepeninggalan Raja Segentar Alam, kekuasaan Sriwijaya Bukit Siguntang dipegang oleh anak keturunan dari puteranya bernama Raja Mufti. Di kemudian hari, pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah Lebar Daun, sehingga penguasa Sriwijaya di masa tersebut lebih dikenal dengan nama Demang Lebar anak keturunan Raja Alim, putera dari Maharaja Sulan Raja Segentar Alam yang mempelopori berdirinya kerajaan-kerajaan di pedalaman, seperti Kerintang Indragiri, Pagaruyung, Dharmasraya dan Gasib Siak. Dalam kisahnya, Raja Segentar Alam memiliki 2 orang anak bernama Raja Alim dan Raja Mufti. Sepeninggal Maharaja, puteranya Raja Alim menggantikannya. Setelah beberapa lama memerintah, Raja Alim wafat, kerabat istana kemudian mengangkat puteranya Raja Alim II sebagai Raja Alim II ini mendapat protes dari pamannya Raja Mufti karena dianggap tanpa melalui kesepakatan dalam musyawarah. Dalam upaya menghindari perang saudara, Raja Alim II bersama para pendukungnya hijrah ke Raja Alim II inilah dicatat dalam Tambo Alam Minangkabau sebagai bangsawan dari Wangsa Syailendra, yang menurunkan para penguasa di negeri lainnya menyebut, salah seorang keturunan Raja Segentar Alam ada yang pergi ke tanah Jawa dan menurunkan raja-raja di sana. Ada yang berpendapat, sosok dimaksud adalah Puteri Subraba istri dari Raja Sunda Prabu Guru Dharmasiksa.Sementara, pendapat yang lain sosok tersebut adalah Ken Angrok Arok, pendiri Kerajaan Singhasari/Singasari di Jawa Timur.
- There is a story, after the attack of the Chola Kingdom in 1025 AD made the Srivijaya Sriwijaya Kingdom split. Some of the remaining royal family built Srivijaya unity in the the Palembang legend, Sriwijaya's unity in the interior was built by descendants of King Alim, who was the son of Sriwijaya's ruler Siguntang Hill Palembang named Maharaja Sulan better known as King Segentar Alam or Si Gentar is said that King Segentar Alam first arrived in Palembang with 3 ships with the Yellow Current flag. However, while on the way the ships sank. Of all the shipwrecked ships, one ship carrying King Segentar Alam was stranded on Siguntang Hill, while the other ship was destroyed at sea and some were destroyed and then dragged on the Karang Anyar is a unique story from the story of King Segentar Alam, which in its heyday could conquer almost all of Sumatra to neighboring Johor and Malacca in Malaysia, which is about the song "Screen at Night" which is often sung on the ship when he and his troops were sailing, which until now is sometimes still sung in the areas of Medan, Johor and the time of King Segentar Alam who came from the Kingdom of Mataram, Sriwijaya Siguntang Hill was respected by countries in the archipelago. In fact, the King is considered to inherit charisma from the ancestors of the Kingdom of Srivijaya, Dapunta Hyang Segentar Alam is also known by the name "Iskandar Zulqarnain Syah Alam" or "Iskandar Zulkarnain Alamsyah". The name he got after he became a convert or converted to Islam under the guidance of a prominent cleric at that time, Ancestor Ogan River "White Guardian".After leaving King Segentar Alam, Sriwijaya Siguntang's Hill power was held by the descendants of his son named King Mufti. Later, the center of government was moved to the Lebar Daun area, so that the Srivijaya rulers at that time were better known as Demang Lebar is estimated, the offspring of King Alim, the son of Maharaja Sulan King Segentar Alam who pioneered the establishment of kingdoms in the interior, such as Kerintang Indragiri, Pagaruyung, Dharmasraya and Gasib Siak.In his story, King Segentar Alam has 2 children named King Alim and King Mufti. After Maharaja died, his son King Alim succeeded him. After some time reigning, King Alim died, relatives of the Palace then appointed his son King Alim II as appointment of King Alim II got a protest from his uncle King Mufti because it was considered without going through an agreement in consultation. In an effort to avoid civil war, King Alim II and his supporters migrated existence of King Alim II was later recorded in Tambo Alam Minangkabau as a nobleman from the House of Syailendra, who sent down rulers in the land of legend says, one of the descendents of King Segentar Alam went to Java and sent down the kings there. Some argue, the figure in question is Princess Subraba wife of the Sunda King Prabu Guru Dharmasiksa, while the other opinion of the figure is Ken Angrok Arok, founder of the Singhasari / Singasari Kingdom in East Java.
kesaktian raja si gentar alam